KOTA PALEMBANG, Sumatera Selatan
Kompleks Candi Gedingsuro dikenal dengan nama Palembang Lamo (Kuto Gawang), karena wilayah itu dulunya merupakan pusat pemerintahan awal Kerajaan Palembang-Islam sebelum pindah ke Beringin Jangut menjadi Kesultanan Palembang-Darussalam, Kuto Batu (Kuto Tengkurak), dan terakhir Pulau Besak di pusat Kota Palembang Sekarang.
Lahan tempat kompleks Percandian Gedingsuro berdiri merupakan tanah aluvial. Benteng alam di tanah aluvial itu terdiri atas tanah kering dan tanah rawa. Tanah rawa terletak pada lahan yang ketinggiannya sekitar dua meter d.p.l., sedangkan tanah kering terletak pada lahan yang ketinggiannya antara 3–6 meter d.p.l. Pada jarak sekitar 150 meter ke arah timurlaut dari kompleks percandian terdapat parit kecil yang lebarnya sekitar empat meter membentang arah timur barat. Parit kecil ini sekarang merupakan tanah basah yang ditanami kangkung. Pada jarak sekitar 250 meter ke arah selatan terdapat Sungai Rengas yang membujur arah utara selatan dengan muaranya di selatan (Sungai Musi).
Kompleks Candi Gedingsuro atau dikenal juga dengan nama Kompleks Makam Gede ing Suro, terdiri atas beberapa kelompok bangunan makam dengan masingmasing kelompok terletak di atas masing-masing batur yang denahnya segi empat. Batur itu hampir seluruhnya terbuat dari bata. Seluruh bangunan, menurut catatan dari Schnitger, berjumlah enam bangunan (candi) yaitu Candi I sampai Candi VI. Namun, menurut catatan dari Proyek Pemugaran Candi Gedingsuo, Bidang Permuseuman, Sejarah dan Purbakala, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatra Selatan, seluruhnya berjumlah tujuh bangunan, yaitu Bangunan A sampai Bangunan G.
Sumber : https://situsbudaya.id/candi-gedingsuro-palembang/
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 101 |
Wisata Buatan | 66 |
Wisata Budaya | 54 |
Taman Nasional | 7 |