KABUPATEN ENDE, Nusa Tenggara Timur
Banyak cerita tersimpan di dalam rumah sederhana, beratap seng, di Jalan Perwira, Ende, ini. Di rumah ini, Sukarno tinggal bersama Inggit Ganarsih, istrinya; Ibu Amsi, mertuanya; dan dua anak angkat ketika diasingkan Belanda ke kota di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, itu. Rumah Sukarno mempunyai tiga kamar. Ada foto-foto Sukarno muda di sana, lukisan-lukisan karyanya, biola kesayangannya, juga naskah-naskah tonil yang dia tulis untuk dipentaskan di rumah teater setempat.
Sukarno tinggal di Ende mulai 1934 sampai 1938. Sekitar 100 meter dari rumahnya, terdapat sebuah tanah lapang. Orang Ende menyebutnya Lapangan Pancasila. Patung Sukarno seukuran orang tegak di tengahnya. Di dekat patung itu merimbun sukun bercabang lima, menaungi sebuah bangku panjang. Kepada Cindy Adams, penulis biogranya, Sukarno bercerita bahwa ia sering menghabiskan waktu berjam-jam merenung di bangku itu. Ketika itulah, menurut Sukarno, dia mendapatkan gagasan tentang Pancasila.
sumber: TEMPO
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 31 |
Wisata Buatan | 2 |
Wisata Budaya | 16 |
Taman Nasional | 1 |