KABUPATEN TEMANGGUNG, Jawa Tengah
Selama ini Kabupaten Temanggung merupakan salah satu wilayah dengan basis umat muslim cukup kuat. Bukan tanpa alasan, mengingat di daerah ini terdapat sejarah penyebaran agama Islam yang cukup panjang.
Salah satu bukti yang masih dapat kita jumpai adalah keberadaan Pasarean Ki Ageng Makukuhan, yang berada di puncak sebuah bukit yang terdapat di Dusun Makukuhan Desa /Kecamatan Kedu atau 400 meter dari Jalan Raya Kedu - Temanggung.
Untuk mencapai lokasi, kita harus melewati pemukiman padat penduduk terlebih dahulu dan menaiki puluhan anak tangga yang menjadi satu satunya akses untuk sampai di atas bukit yang masih asri dengan rimbunnya vegetasi pepohonan besar berusia ratusan tahun.
Kendati demikian, tidak banyak masyarakat yang mengetahui secara persis mengenai perjalanan Ki Ageng Makukuhan dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah Kabupaten Temanggung dan sekitarnya kala itu.
Menurut warga setempat, Yanur Tri Catur, Ki Ageng Makukuhan merupakan salah seorang ulama besar abad ke 16-17 yang tergabung dalam anggota Dewan Santri, yakni kumpulan para penerus Walisanga. Ia merupakan sosok sentral yang memegang peranan penting dalam upaya menyebarkan agama Islam di wilayah Kedu, khususnya Kabupaten Temanggung.
Ilmu yang ia miliki berasal dari sang guru, Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga. Menariknya, Ki Ageng Makukuhan sejatinya merupakan keturunan etnis Tiong Hoa yang memiliki nama asli Mo Kou Kwan. Namun oleh Sunan Kudus diberi nama Syarif Hidayat.
Selama menyebarkan agama Islam, Makukuhan memilih menggunakan metode pendekatan pertanian kepada masyarakat. Hasilnya, perlahan namun pasti warga yang semula memeluk beberapa kepercayaan akhirnya bersedia berpindah menjadi seorang mualaf.
“Berdasar mitos yang berkembang dan telah dipercaya masyarakat secara turun temurun, Ki Ageng Makukuhan merupakan pioneer di bidang pertanian karena beliaulah yang pertama kali membawa masuk bibit padi unggul jenis Rajalele, yang sampai saat ini masih bisa kita nikmati,” jelasnya, beberapa waktu lalu.
Selain terdapat pesarean, di lokasi ini juga terapat peninggalan lain berupa jajaran batu berbentuk datar serta sumber mata air Planangan. Menurutnya, jajaran batu datar tersebut merupakan bekas tempat Ki Ageng Makukuhan mendirikan salat sehari hari. Sedangkan mata air Planangan tak lain adalah tempat untuk mengambil air wudhu.
“Air di sendang ini memiliki keistimewaan yakni tidak pernah kering mesti memasuki musim kemarau. Hingga saat ini masih banyak peziarah asal luar kota yang menggunakannya airnya untuk berwudhu,” imbuhnya.
Kolam Ki Ageng Makukuhan
© 2017 jateng.merdeka.com/Rizal Ivan
Tak hanya berperan dalam syiar agama Islam dan kontribusi di bidang pertanian, ternyata kisah Ki Ageng Makukuhan juga mendarah daging di balik ayam cemani. Salah satu hewan khas Kedu yang memiliki keistimewaan seluruh anggota tubuh berwarna hitam pekat, termasuk darah dan dagingnya.
Ayam cemani merupakan salah satu hewan klangenan Ki Ageng Makukuhan semasa masih hidup. Selain itu, beliau juga disebut sebut sangat gemar memelihara kucing condromowo yang juga serba hitam, hingga burung perkutut warna hitam maupun putih.
“Kisah perjalanan Ki Ageng Makukuhan sudah sangat melekat bagi warga di desa kami, bahkan tak sedikit peziarah asal luar daerah yang sengaja datang ke tempat ini,” pungkasnya.
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 70 |
Wisata Buatan | 38 |
Wisata Budaya | 51 |
Taman Nasional | 2 |