KABUPATEN BINTAN, Kepulauan Riau
Mak Yong di Kepulauan Riau bisa ditelusuri sejak Pattani di Muangthai Selatan mulai abad ke – 16 dan menyebar ke selatan melalui Semenanjung Melayu ke Singapura dan tempat-tempat yang sekarang disebut provinsi Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Mak Yong hakekatnya menggabungkan banyak unsur pertunjukan seperti drama, tari, musik, mimik, dan sebagainya. Aslinya Mak Yong dipertunjukkan bagi kelas atas di istana sultan, khususnya di Kelantan (sekarang Malaysia bagian timur laut) dan Raiu-Lingga, jantung peradaban Melayu hingga tahun 1700-an.
Ketua Asosiasi Tradisi Lisan, Pudentia beberapa waktu silam kepada Tempo mengutarakan, Mak Yong masuk ke Riau melalui Kelantan dan Kampung Selabin, Singapura. Menurut Pudentia bukti kedatangan Mak Yong berasal dari naskah yang ditemukan di kepulauan kecil di wilayah Bintan Utara, Riau. Di Pulau Mantang Arang, demikian namanya, hidup dua orang datuk bernama Pak Itam dan Pak Atan yang amat menjaga tradisi. Pak Atan masih menyimpan naskah-naskah milik leluhurnya, satu di antaranya naskah milik Mak Ungu yang merupakan salah seorang leluhur Pak Atan yang menjadi pendiri kelompok Mak Yong. Di dalam naskah berhuruf Jawi dan berbahasa Melayu itu tertuang cerita-cerita Mak Yong. Diperkirakan Mak Yong dikenal di wilayah ini pada awal abad ke-20 dan era keemasan Mak Yong terjadi pada 1950-an.
Mak Yong sempat dipakai sebagai alat propaganda kelompok Lekra--organisasi kesenian Partai Komunis Indonesia-tapi kemudian surut pada akhir masa Orde Lama. Mak Yong kembali dikenal pada 1990-an
Mak Yong adalah salah satu jenis kesenian Melayu yang memperlihatkan unsur-unsur ritual dengan mengabungkan unsur cerita, tari, nyanyian, dan musik dalam pementasannya. Mak Yong mempertemukan pemain dan pementasannya dengan penonton dalam ruang waktu dan tempat yang sama. Di kepulauan Riau, penampilan Mak Yong menggunakan topeng dan di Malaysia tanpa topeng.
Semula topeng yang digunakan terbuat dari daun pisang, kemudian berubah dari tanah liat, lalu diganti dengan kertas, dan terakhir dengan kayu. Selain topeng, yang membedakan antara Mak Yong Malaysia dan Indonesia adalah cerita. Sementara itu, soal musik tidak jauh berbeda. Dan sebelum pertunjukan dimulai, ada pembacaan mantra-mantra. Para pemain Mak Yong terdiri dari berbagai peran, tapi biasanya terdiri dari awang dan inang pengasuh (sebagai pesuruh raja), mamak (rakyat), pakyong (raja), dan wak perambun (panglima). Pertunjukan Mak Yong dahulu dilakukan selama dua sampai tiga malam. Para pemain duduk di lantai beralas tikar, sedangkan penonton di atas kursi berhadapan dengan pemain. Kini pertunjukan Mak Yong dilakukan setelah salat isya sampai larut malam.
Sumber: TEMPO, Shutterstock
Kategori | Jumlah |
---|---|
Wisata Alam | 14 |
Wisata Buatan | 5 |
Wisata Budaya | 4 |
Taman Nasional | 0 |